Sabtu, 13 Oktober 2012

Setiap Orang Pernah Merasakan Sakitnya Hati


Inilah sebuah surat yang pernah ku tulis ketika puncak pengalaman itu terasa menjadi sangat menyakitkan............
******************************************************************************
Jogja, 15 Desember 2005
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pada akhirnya memang aku harus mengungkapkan ini semua, mengatakan semua yang ada di dalam diri ini, yang selama ini tidak pernah dapat terkatakan atau memang aku nggak mau mengatakannya. Barangkali ini adalah kesalahanku juga atau ini adalah kebodohanku yang selalu memendam sendiri setiap masalah yang kurasa, dan kusadari akhirnya aku terjebak pada sebuah iklim yang tidak sehat yang menghambat gerak langkahku untuk membaur bersama.
Teruntuk saudaraku.... (*tersebutlah beberapa nama, maaf harus di edit*) juga adik-adikku angkatan 2003, 2004, 2005 yang mungkin juga kena imbasnya.
Selama ini adalah sebuah perjalanan yang hebat bersama dengan kalian semua disini, di dalam sini, di suatu tempat, suatu bagian yang kata orang bernama batin dan hati. Perjalanan hebat itu telah berganti menjadi siksaan yang hanya kurasa sendiri. Tanpa aku kuasa untuk berbagi bahkan dengan saudaraku sendiri, dan kini, kuputuskan untuk mengatakan semua ini, setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Kisah itu berawal.......................................................................
Suatu malam, aku lupa tanggal dan bulannya, waktu itu ada janjian pertemuan MPI apa MPE ya (artinya apa udah lupa) di rumah mas Pulung. Ketika masih masa kepengurusan mas Zein, aku juga belum jadi apa-apa di NUANSA. Ada sebuah kesepakatan untuk mengadakan pertemuan itu, dan aku pun datang ke rumah mas Pulung karena kebetulan rumahnya dekat dengan rumahku. Tapi yang terjadi........, aku nggak tahu kalau rencana itu sudah dibatalkan, bahkan ternyata mas Pulung sendiri juga nggak tau kalo akan ada ketemuan itu. Owwhhhh, aku kok nggak dikasih tau ya, dan saat itu rasanya sakit, ada rasa sakit di dalam dada. Akankah aku harus marah, menangis, jengkel, atau apa ????? dan jika iya untuk apa? Atas kebodohanku? Atas sikapku? Atas semua yang terjadi???
Pada saat itu untuk pertama kalinya aku merasa DIBUANG, TERSISIHKAN.
Waktu pun berlalu dengan sendirinya dan aku masih berusaha untuk melupakan hal itu, menepis rasa yang pernah berkecamuk itu. Meski tak ada penyelesaian yang pasti, hanya sebuah permintaan maaf saja dari nya atau mereka.
Kejadian berikutnya, tanpa kuingat juga tanggal dan bulannya. Suatu sore di kampus, tiba-tiba semua teman-teman --yang pernah kurasakan sebagai saudara-- berangkat liqo’. Salah satu diantaranya kemudian mengajakku untuk berangkat. Tercenung...heeiiyy ternyata hari ini ada liqo ya??? Dan entah kenapa, tiba-tiba rasa sakit itu muncul kembali, lagi-lagi hanya aku saja yang nggak tahu rencana sore itu. Luka itu kembali terbuka, terkoyak mungkin, membuka luka lama yang belum sembuh benar. Mengapa aku lagi yang terlupakan??? Kenapa aku yang harus selalu merasakan semua ini? dan berbagai pikiran negatif pun muncul berkelebatan di otakku.
Aku merasa menjadi orang yang jahat semenjak itu.
Di kesempatan yang lain, di bulan Ramadhan 1425 H, ketika itu kumpulan, grup, gank yang tersohor itu masih eksis. Masih sering ketemu satu sama lain, masih rajin ngadain Pesta Bujang. Waktu itu kita janjian mau ketemu di Wizma, malam hari. Oke! Kemudian dalam bayanganku kita akan membicarakan hal yang penting, seru, dan banyak hal menarik lainnya. Setelah buka puasa dan sholat maghrib aku pun segera berangkat ke kampus, agak buru-buru memang. Tiba di kampus masih sepi, dan  yaaahhhhhhh..... pasrah aja lah, karena lagi-lagi yang terjadi aku merasa menjadi terasing, hanya aku dan cuma aku saja yang tidak diberitahu kalau janjian ketemuan jam 9 malam padahal aku di kampus sejak selepas maghrib ..........
Masih ada yang lain lagi, sebuah pertemuan lain di kampus malam hari, sekarang jam ketemuan sudah di beri tahu. Well, aku pun datang di jam yang telah disepakati itu. Tapi yang terjadi setiap kali ada yang datang, ada satu orang pergi untuk urusan tertentu. Jadi setiap kali itu pula harus selalu menunggu dan menunggu. Acara pun nggak dimulai-mulai juga. Akhirnya janjian ketemuan jam 9 malam, tapi acara ketemuan itu baru dimulai sekitar jam 11 malam. Bayangkan sebuah --entah rapat, pertemuan, atau apalah-- yang hanya melibatkan nggak lebih dari 10 orang harus molorrr 2 jam....... bisa ditebak, mood ku jadi berantakan lah, maka jam 12 aku pulang. Pasti wajahku pada saat itu udah tertekuk-tekuk karena marah.
Berkali-kali hal itu terjadi akhirnya membuat aku menilai negatif pada kumpulan orang-orang itu. Aku mulai menjauh dengan sendirinya dari mereka, aku nggak ingin lagi kumpul dengan genk ini, aku mulai bersikap sinis. Aku selalu ingin menyendiri, menjauh dari orang-orang ini karena bagiku ‘dekat dengan genk ini = sakit hati’.
Mungkin aku seperti mempermasalahkan hal yang sepele, tapi bagiku itu penting. Berapa kali kita molor dari jadwal yang sudah disepakati bersama, ohh atau lebih tepat berapa kali kita dapat tepat waktu dengan jadwal yang kita buat kalau kita ngumpul ??? Banyak yang berbicara mengenai komitmen-komitmen-komitmen.....apa komitmen itu sudah dimiliki?
Bagaimana dengan cita-cita kita dulu untuk membuat sebuah kkn tematik, kita bahas bersama dirumahku. Apa yang terjadi selanjutnya? Semuanya B**LS**T !! omong kosong! Nggak ada yang berniat untuk mewujudkannya, semua akhirnya hanya jalan masing, sendiri-sendiri. Lantas bagina manakah yang disebut komitmen??? Masalah ketepatan waktu yang sepertinya tidak pernah berubah menjadi lebih baik. Selalu saja menganggap entang sebuah keterlambatan, selalu tenang saja dengan semua itu. Bohong saja kalau kita disiplin hanya ketika ada kegiatan saja, cuma kalau pas outbound aja biar peserta nggka numpuk di satu pos.....
Banyak hal yang telah terjadi, dan sekarang semua sudah berubah, semua sudah menemukan jalan masing-masing. Mungkin juga aku memang harus menelusuri jalanku sendiri. Aku di sini hanya mencoba untuk berbagi perasaan, enggak terpikir apa efek dan akibat dari aku membuat tulisan ini. biarlah semua terjadi seperti selama ini, ahhh kenapa aku merasa marah lagi ya saat menuliskan ini. sepertinya semua ini sedang mencapai puncaknya. Aku sudah nggak bisa lagi, setiap kali pisau itu muncul menorehkan luka.
Maaf jika selama ini aku masih sering saja melakukan hal yang kurang berkenan, aku masih sensitif dengan istilah Pesta B, aku masing enggak untuk kumpul bareng lagi, aku masih merasa sakit ketika ketemu dengan kalian. Semoga kayu yang terpaku itu akan segera hilang bekasnya.... maaf kan aku yang banyak salah dan sering marah-marah. Hanya ingin berbagi tentang perasaan yang terpendam selama ini.
Teruntuk saudaraku semua, terimakasih atas semua yang telah kau beri...............
Semoga esok kita menjadi lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Just a friend - maybe-
Budi Sulistyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar