Kamis, 08 November 2012

Catatan 3 Tempat Layanan Publik

Hari Senin kemarin ( 5 November 2012) baru saja nganter salah seorang temen buat ngurus duplikat akta nikah ortunya yang ilang, krn butuh akta nikah untuk membuat akta kelahiran -baru tau juga kalo temenku itu blom punya akte kelahiran-. Dari nganterin itu, akhirnya bisa mengunjungi 3 instansi tempat pelayanan publik.....

Perjalanan di mulai dari kantor kepala desa atau kantor kelurahan, urusan pertama yaitu membuat surat pengantar dari desa ke KUA tempat pernikahan dulu dilaksanakan.  Urusan membuat surat pengantar lumayan lancar, karena petugas di kantor kelurahan juga rata-rata sudah kenal semua dan banyak juga yang merupakan tetangga sendiri. Nggak sampe 5 menit urusan sudah selesai.

 

Urusan selanjutnya ke kantor polisi (polsek) untuk bikin surat keterangan kehilangan duplikat akte lama, pas nyampe ke kantor polsek sekitar jam 10 pagi, sudah ada beberapa orang yang meengantri untuk berbagai macam urusan (enggak begitu memperhatikan mereka ngurus apa aja, tapi sepertinya laporan kehilangan dan membuat surat keterangan catatan kepolisian). Ketika mengantri itulah, ternyata di bagian reskrim sedang menangani kasus pencopetan/pencurian. si pelaku seorang ibu-ibu dan si korban juga seorang ibu2, kejadiannya di pasar... -berdasarkan nguping obrolan di kantor polsek itu hehehehe- 

**ternyata nepotisme itu masih cukup membantu dalam menyelesaikan urusan hehehe**

Si pelaku itu sempat menengok di pintu ruang reskrim sambil nangis, dan dibentak sama pak polisinya disuruh duduk di dalam. Eh,, rada sadis juga ya,, apa emang gitu ya standar pemeriksaan, harus keliatan galak?? Tp ternyata kemudian si polisi itu juga memberikan minum (air putih) ke pelaku dan diminta minum lebih dulu. setelah beberapa saat seorang polisi lain menemui ibu yg jd korban dan menanyakan beberapa hal, lebih tepatnya mengklarifikasi uang yang di copet tersebut. Menanyakan jumlahnya,, dan bla bla bla... Yang pada intinya bahwa uang tersebut sepertinya untuk sementara tidak bisa di ambil dulu karena digunakan sebagai barang bukti. 

Si ibu yg korban  ini sepertinya agak gimana gitu,,, krn dia pedagang maka uang tersebut mungkin penting bagi dia, dan beberapa kali menangkap kesan kalau dia butuh uang itu untuk setor ke tempat lain, mungkin untuk kulakan.... Sepertinya ada polisi yang merhatiin kalo pembicaraan itu dilihat oleh beberapa pengunjung lain di polsek itu (termasuk aku hehehe), akhirnya meminta pembicaraan dilakukan di ruang lain saja -sebelumnya pembicaraan di lalukan di depan, ruang tempat menunggu gitu-. Dan,, acara nguping tak sengaja pun terputus. 

Ribet juga berurusan dengan hukum,,,,, harus mengikuti pemeriksaan2, harus menjalani sidang yang kadang tidak sebentar, dan macem-macem... Mungkin ini yang jadi penyebab banyak orang yang akhirnya main hakim sendiri, krn proses pemberian hukuman bisa efektif dan efisien, cepat, tepat, dan langsung di tempat. 

Kembali ke temen yang ngurus surat, ternyata enggak ribet, 10 menit udah selesai, dan di bagian akhirnya temenku tanya berapa administrasinya,, dan si pak polisi yang melayani cuma bilang "Seikhlasnya saja mas".. ohohohohoh... di kantor polisi itu ternyata baik banget ya,, tarifnya SEIKHLASNYA saja hehehe..

 Tempat ketiga yang  kami datangi adalah kantor KUA, di sini urusan nggak terlalu ribet sih, tapi suasananya enggak ramah,,, jadinya bikin gak nyaman, dan biaya untuk membuat duplikat akta nikah dan legalisir 10 lembar adalah 50 ribu rupiah. Padahal mas kawin waktu nikah itu cuma Rp 5,- saja hehehehe tahun 1960 dulu,, dan hebat sekali bahwa KUA masih menyimpan catatan2 nikah dari tahun baheula begitu,,,

 yeah,, banyak kesan dari masing2 instansi pelayanan publik itu,,,, ada yang nyaman, santai, ada yang kaku, seram, dan ada yang nggak nyaman,,,,,

 hehehe,, Indonesiaku tercinta.. :-)